Siswa SDN 006 Langgini Diduga Keracunan Makanan Program MBG, 18 Siswa Alami Gejala, Dua Dirawat di RS
Redaksi - Kampar
Selasa, 02 Sep 2025 16:34 WIB

BANGKINANG (SN) — Seorang siswa kelas 2C SDN 006 Langgini, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar, Delpin Alpatih, diduga mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Kamis (28/8/2025). Akibatnya, Delpin harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Orang tua Delpin, Rouda Anis, menceritakan kronologi kejadian. “Awalnya dia makan nasi goreng. Tak lama setelah itu muntah-muntah dan langsung saya bawa pulang,” ungkap Rouda saat ditemui di SDN 006 Langgini, Selasa (2/9/2025).
Namun, kondisi Delpin tak kunjung membaik. “Kamis siang kami larikan ke rumah sakit karena dadanya sesak dan matanya terlihat pucat. Jumat sempat pulang, tapi Sabtu sore masuk lagi karena setiap makan dan minum langsung muntah,” jelasnya.
Rouda juga mengungkapkan bahwa kasus ini tidak hanya menimpa anaknya. “Di kelas anak saya saja ada 10 orang yang mengalami gejala serupa, dan dua di antaranya harus dirawat di rumah sakit,” ujarnya dengan nada haru.
Rouda berharap pihak pengelola MBG dan pemerintah daerah segera mengambil langkah tegas. “Tolong jangan sampai ada korban lagi. Anak-anak ini makan apa yang diberikan tanpa tahu apakah masih layak atau tidak,” katanya sambil menahan air mata.
Sekolah Bentuk Tim Pengawas Kelayakan Makanan
Sementara itu, Kepala SDN 006 Langgini, Ema Astuti, menegaskan pihaknya telah mengambil langkah cepat menyikapi dugaan keracunan makanan ini. Dari data sekolah, sedikitnya 18 siswa mengalami gejala mual dan sakit perut, bahkan dua siswa harus menjalani perawatan intensif.
“Kami sudah membentuk tim pengawas di setiap kelas. Sebelum makanan didistribusikan, tim akan mengecek kelayakan makanan. Jika dinilai tidak layak, akan langsung dikembalikan ke dapur penyelenggara. Jika layak, baru boleh dikonsumsi anak-anak,” tegas Ema.
Ia menekankan pentingnya komitmen bersama antara pihak sekolah, penyelenggara MBG, dan orang tua siswa. “Sekolah hanya sebagai fasilitator. Yang menyiapkan makanan adalah dapur penyelenggara. Jadi, harus ada persepsi yang sama soal standar kebersihan dan gizi agar program ini berjalan baik tanpa ada korban lagi di masa depan,” tambahnya.
Program MBG Dievaluasi
Program MBG di SDN 006 Langgini sendiri baru berjalan sejak 24 Agustus 2025, namun insiden dugaan keracunan ini langsung menjadi sorotan publik. Ema menyebut pihak sekolah sudah berkoordinasi dengan penyelenggara MBG dan dinas terkait untuk melakukan evaluasi bersama.
“Pihak MBG juga siap melakukan sosialisasi kepada orang tua siswa, pihak sekolah, dan tenaga kesehatan agar ada pemahaman bersama. Kami berharap ke depan tidak ada lagi kejadian serupa,” pungkasnya.(ilh)